1. Komando Pasukan Khusus (Kopassus)
2. Sat-81 Gultor (Satuan Penganggulangan Anti Teror)
3. Detasemen Jala Mengkara (Denjaka)
4. KOPASKA (Komando Pasukan Katak)
5. Datasemen Bravo90
6. Densus 88
Sejarah :Kopassus
dibentuk oleh Kolonel E Kawilarang yang waktu menjabat Sebagai Panglima
TT III / Tentara Teritorium siliwangi. Ia memanggil seorang bekas
tentara KNIL yang memilih menjadi WNI, ketika terjadi perang
DI/TII,namanya Mayor Ijon Jambi (orang Belanda, Nama aslinya RB Visser).Kopassus
diresmikan oleh AH Nasution pada waktu itu dan hanya 6 bulan berada
dibawah TT III Siliwangi sebelum akhirnya dimabil alih oleh AD.
Baretnyapun berwarna merah, karena memang mengambil alih konsep pasukan
Belanda “roode baret”. Mengenai warna baret ini perlu kita ketahui
bersama bahwa seluruh pasukan khusus di dunia menggunakan warna hijau,
sedangkan pasukan “airborne/ lintas udara” nya berwarna merah. Tapi di
Indonesia terbalik, justru pasukan khususnya yang menggunakan baret
warna merah.
Kopassus berhasil mengukuhkan keberadaannya sebagai pasukan khusus yang mampu menangani tugas-tugas yang berat. Beberapa operasi yang dilakukan oleh Kopassus diantaranya adalah operasi penumpasan DI/TII, operasi militer PRRI/Permesta, Operasi Trikora, Operasi Dwikora, penumpasan G30S/PKI, Pepera di Irian Barat, Operasi Seroja di Timor Timur, operasi pembebasan sandera di Bandara Don Muang-Thailand (Woyla), Operasi GPK di Aceh, operasi pembebasan sandera di Mapenduma, serta berbagai operasi militer lainnya. Dikarenakan misi dan tugas operasi yang bersifat rahasia, mayoritas dari kegiatan tugas daripada satuan KOPASSUS tidak akan pernah diketahui secara menyeluruh. Contoh operasi KOPASSUS yang pernah dilakukan dan tidak diketahui publik seperti: Penyusupan ke pengungsi Vietnam di pulau Galang untuk membantu pengumpulan informasi untuk di kordinasikan dengan pihak Amerika Serikat (CIA), penyusupan perbatasan Malaysia dan Australia dan operasi patroli jarak jauh (long range recce) di perbatasan Papua nugini. Prajurit Kopassus dapat mudah dikenali dengan baret merah yang disandangnya, sehingga pasukan ini sering disebut sebagai pasukan baret merah. Kopassus memiliki moto Berani, Benar, Berhasil. Mereka bergerak dalam satuan-satuan kecil untuk menghancurkan musuh yang lebih besar, perbandingan kemampuan 1 prajurit Kopassus setara dengan 10 prajurit infantri reguler. Tahun 2008 pada Acara TV discovery(military chanel) Ada acara tentang pasukan khusus terbaik di dunia di sebuah stasiun [[TV Discovery]] Channel military.KOPASSUS menduduki peringakat ketiga sebagai pasukan khusus tebaik didunia.Seluruh pasukan khusus didunia dinilai kinerjanya dengan parameter menurut pendapat dari berbagai pengamat bidang militer dan ahli sejarah. Hasilnya, peringkat pertama jatuh ke tangan SAS (Inggris),peringkat kedua adalah MOSSAD (ISRAEL).Dan naratornya bilang mengapa pasukan khusus dari Amerika tidak masuk peringkat terhormat. Itu karena mereka terlalu bergantung pada peralatan yang mengusung teknologi super canggih, akurat dan serba digital. Pasukan khusus yang hebat adalah pasukan yang mampu mencapai kualitas sempurna dalam hal KEMAMPUAN INDIVIDU. Termasuk didalamnya kemampuan bela diri, bertahan hidup, kamuflase, strategi, daya tahan, gerilya, membuat perangkap, dan lain2nya |
foto kopassus:
Mengantisipasi
maraknya tindakan pembajakan pesawat terbang era tahun 1970/80-an,
Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) ABRI menetapkan lahirnya sebuah
kesatuan baru setingkat detasemen di lingkungan Kopassus. Pada 30 Juni
1982, muncullah Detasemen 81 (Den-81) Kopassus dengan komandan pertama
Mayor Inf. Luhut B. Panjaitan dengan wakil Kapten Inf. Prabowo Subianto.
Kedua perwira tersebut dikirim untuk mengambil spesialisasi
penanggulangan teror ke GSG-9 (Grenzschutzgruppe-9) Jerman dan
sekembalinya ke Tanah Air dipercaya untuk menyeleksi dan melatih para
prajurit Kopassandha yang ditunjuk ke Den-81.Keinginan
mendirikan Den-81 sebenarnya tidak terlepas dari peristiwa pembajakan
pesawat Garuda DC-9 Woyla di Bandara Don Muang, Bangkok, 31 Maret 1981.
Nah, pasukan yang berhasil membebaskan Woyla inilah yang menjadi cikal
bakal anggota Den-81, dan belakangan diganti lagi jadi Satuan 81
Penanggulangan Teror (Sat-81 Gultor). Dari periode 1995* – 2001, Den-81
sempat dimekarkan jadi Group 5 Antiteror.
Satuan yang ada di bawah kendali Sat-81 adalah Batalyon 811 dan Batalyon 812 Kopassus Secara organisatoris, Gultor langsung di bawah komando dan pengendalian Komandan Jendral Kopassus. Gultor saat ini dipimpin perwira menengah berpangkat kolonel. Proses rekrutmen prajurit Gultor dimulai sejak seorang prajurit selesai mengikuti pendidikan para dan komando di Batujajar. Dari sini, mereka akan ditempatkan di satuan tempur Grup 1 dan Grup 2, baik untuk orientasi atau mendapatkan pengalaman operasi. Sekembalinya ke markas, prajurit tadi akan ditingkatkan kemampuannya untuk melihat kemungkinan promosi penugasan ke Satuan Sandi Yudha atau Satuan Antiteror. Untuk antiteror, pendidikan dilakukan di Satuan Latihan Sekolah Pertempuran Khusus Batujajar. Operasi terakhir terbilang sukses Den-81 yaitu saat pembebasan 26 sandera yang ditawan GPK Kelly Kwalik di Irian Jaya pada 15 Mei 1996. Namun Operasi Woyla masih menjadi satu-satunya operasi antiteror dalam skala besar yang dijalankan TNI hingga saat ini. Tidak jelas berapa jumlah prajurit Sat-81 Gultor saat ini. |
foto Sat-81 Gultor:
Detasemen
Jala Mangkara (disingkat Denjaka) adalah sebuah detasemen pasukan
khusus TNI Angkatan Laut. Denjaka adalah satuan gabungan antara personel
Kopaska dan Taifib Korps Marinir TNI-AL. Anggota Denjaka dididik di
Bumi Marinir Cilandak dan harus menyelesaikan suatu pendidikan yang
disebut PTAL (Penanggulangan Teror Aspek Laut). Lama pendidikan ini
adalah 6 bulan.Intinya Denjaka memang dikhususkan untuk satuan
anti teror walaupun mereka juga bisa dioperasikan di mana saja terutama
anti teror aspek laut. Denjaka dibentuk berdasarkan instruksi Panglima
TNI kepada Komandan Korps Marinir No Isn.01/P/IV/1984 tanggal 13
November 1984. Denjaka memiliki tugas pokok membina kemampuan antiteror
dan antisabotase di laut dan di daerah pantai serta kemampuan klandestin
aspek laut.
Pada tanggal 4 November 1982, KSAL membentuk organisasi tugas dengan nama Pasukan Khusus AL (Pasusla). Keberadaan Pasusla didesak oleh kebutuhan akan adanya pasukan khusus TNI AL guna menanggulangi segala bentuk ancaman aspek laut. Seperti terorisme, sabotase, dan ancaman lainnya. Pada tahap pertama, direkrut 70 personel dari Batalyon Intai Amfibi (Taifib) dan Korps Pasukan Katak (Kopaska). Komando dan pengendalian pembinaan di bawah Panglima Armada Barat dengan asistensi Komandan Korps Marinir. KSAL bertindak selaku pengendali operasional. Markas ditetapkan di Mako Armabar. Melihat perkembangan dan kebutuhan satuan khusus ini, KSAL menyurati Panglima TNI yang isinya berkisar keinginan membentuk Detasemen Jala Mangkara. Panglima ABRI menyetujui dan sejak itu (13 November 1984), Denjaka menjadi satuan Antiteror Aspek Laut. Merunut keputusan KSAL, Denjaka adalah komando pelaksana Korps Marinir yang mempunyai tugas pokok melaksanakan pembinaan kemampuan dan kekuatan dalam rangka melaksanakan operasi antiteror, antisabotase, dan klandesten aspek laut atas perintah Panglima TNI. Pola rekrutmen Denjaka dimulai sejak pendidikan para dan komando. Selangkah sebelum masuk ke Denjaka, prajurit terpilih mesti sudah berkualifikasi Intai Amfibi. Dalam menjalankan aksinya, satuan khusus ini dapat digerakkan menuju sasaran baik lewat permukaan/bawah laut maupun lewat udara. TNI AL masih memiliki satu pasukan khusus lagi, yaitu Komando Pasukan Katak (Kopaska). Kedua satuan pernah beberapa kali melakukan latihan gabungan dengan US Navy SEAL. Denjaka terdiri dari satu markas detasemen, satu tim markas, satu tim teknik dan tiga tim tempur. Sebagai unsur pelaksana, prajurit Denjaka ditutut memiliki kesiapan operasional mobilitas kecepatan, kerahasiaan dan pendadakan yang tertinggi serta medan operasi yang berupa kapal-kapal, instalasi lepas pantai dan daerah pantai. Disamping itu juga memiliki keterampilan mendekati sasaran melalui laut, bawah laut dan vertikal dari udara. |
foto Detasemen Jala Mengkara:
Proses
pemilihan anggota Kopaska diadakan setahun sekali dan hanya personel
TNI_AL non-Marinir yang boleh untuk mendaftar.Dari 700-1500 pendaftar
hanya 15-20 orang yang lulus seleksi pertama.Setelah itu, para
lulusan seleksi pertama ini harus mengikuti Pelatihan Empat Tahap,
yaitu satu minggu latihan fisik (Minggu Neraka), setelah itu latihan
dasar bawah air, latihan komando, dan latihan parasut. Biasanya setelah
keempat tahap ini hanya lima atau enam orang yang lulus menjadi anggota
Kopaska. Saat ini, Kopaska berkekuatan 300 orang, dibagi dalam dua grup.
Satu grup dimasukkan ke Armada Barat di Jakarta, dan satu grup dimasukkan ke Armada Timur di Surabaya. Tugas utama mereka adalah menyerbu kapal dan pangkalan musuh, menghancurkan instalasi bawah air, penyiapan perebutan pantai dan operasi pendaratan kekuatan amfibi. |
foto kopaska:
Detasemen
Bravo 90 terbilang paling muda. Baru dibentuk secara terbatas di
lingkungan Korps Pasukan Khas AU pada 1990, Bravo berarti yang terbaik.
Konsep pembentukannya merujuk kepada pemikiran Jenderal Guilio Douchet:
Lebih mudah dan lebih efektif menghancurkan kekuatan udara lawan dengan
cara menghancurkan pangkalan/instalasi serta alutsistanya di darat
daripada harus bertempur di udara.Dari dasar ini, Bravo 90
diarahkan menjalankan tugas intelijen dalam rangka mendukung operasi
udara, menetralisir semua potensi kekuatan udara lawan serta
melaksanakan operasi-operasi khusus sesuai kebijakan Panglima TNI. Saat
dibentuk, Bravo diperkuat 34 prajurit * 1 perwira, 3 bintara, 30
tamtama. Entah kenapa, sejak dibentuk hingga akhir 1990-an, hampir tak
pernah terdengar nama Bravo. Dalam masa “vakum” itu, anggotanya dilebur
ke dalam Satuan Demonstrasi dan Latihan Depodiklat Paskhas (Satdemolat).
Baru pada 9 September 1999, dilaksanakan upacara pengukuhan Detasemen
Bravo dengan penyerahan tongkat komando.
Prajurit Bravo diambil dari prajurit para-komando terbaik. Setiap angkatan direkrut 5-10 orang. Untuk mengasah kemampuan antiteror, latihan dilakukan di pusat latihan serbuan pesawat GMF Sat-81 Gultor, latihan infiltrasi laut dalam rangkan penyerbuan pangkalan udara lepas pantai di pusat latihan Denjaka, latihan UDT (under water demolition) di sarana latihan Kopaska, serta latihan penjinakan bahan peledak di Pusdikzi Gegana,Polri. |
foto datasemen bravo 90:
Satuan ini diresmikan oleh Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya
Inspektur Jenderal Firman Gani pada tanggal 26 Agustus 2004. Detasemen
88 yang awalnya beranggotakan 75 orang ini dipimpin oleh Ajun Komisaris
Besar Polisi Tito Karnavian yang pernah mendapat pelatihan di beberapa
negara.Densus 88 dibentuk dengan Skep Kapolri No. 30/VI/2003
tertanggal 20 Juni 2003, untuk melaksanakan Undang-undang No. 15 Tahun
2003 tentang penetapan Perpu No. 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Terorisme, yaitu dengan kewenangan melakukan penangkapan
dengan bukti awal yang dapat berasal dari laporan intelijen manapun,
selama 7 x 24 jam (sesuai pasal 26 & 28). Undang-undang tersebut
populer di dunia sebagai “Anti Teror Act”.
Angka 88 berasal dari kata ATA (Anti Terror Act), yang jika dilafalkan dalam bahasa Inggris berbunyi Ei Ti Ekt. Pelafalan ini kedengaran seperti Eighty Eight (88). Jadi arti angka 88 bukan seperti yang selama ini beredar bahwa 88 adalah representasi dari jumlah korban bom bali terbanyak (88 orang dari Australia), juga bukan pula representasi dari borgol. Pasukan khusus ini dibiayai oleh pemerintah Amerika Serikat melalui bagian Jasa Keamanan Diplomatik (Diplomatic Security Service) Departemen Negara AS dan dilatih langsung oleh instruktur dari CIA, FBI, dan U.S. Secret Service. Kebanyakan staf pengajarnya adalah bekas anggota pasukan khusus AS. Informasi yang bersumber dari FEER pada tahun 2003 ini dibantah oleh Kepala Bidang Penerangan Umum (Kabidpenum) Divisi Humas Polri, Kombes Zainuri Lubis, dan Kapolri Jenderal Pol Da’i Bachtiar. Sekalipun demikian, terdapat bantuan signifikan dari pemerintah Amerika Serikat dan Australia dalam pembentukan dan operasional Detasemen Khusus 88. Pasca pembentukan, Densus 88 dilakukan pula kerjasama dengan beberapa negara lain seperti Inggris dan Jerman. Hal ini dilakukan sejalan dengan UU Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme pasal 43. Densus 88 adalah salah satu dari unit anti teror di Indonesia, disamping Detasemen C Gegana Brimob, Detasemen Penanggulangan Teror (Dengultor) TNI AD alias Grup 5 Anti Teror, Detasemen 81 Kopasus TNI AD (Kopasus sendiri sebagai pasukan khusus juga memiliki kemampuan anti teror), Detasemen Jalamangkara (Denjaka) Korps Marinir TNI AL, Detasemen Bravo (Denbravo) TNI AU, dan satuan anti-teror BIN. |
foto Densus 88:
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Indonesia /
Militer
dengan judul Profile Pasukan Elite Indonesia. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://blognyaifal.blogspot.com/2011/12/profile-pasukan-elite-indonesia.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Anonim -
pasukan elit indonesia emang tiada tandingannya..bravi TNI
BalasHapus